Kotoran Paus Dapat Menciptakan Kita Makan Ikan Selamanya
Laut bukan hanya kawasan tinggal tetapi juga toilet. Studi yang dipublikasikan di jurnal PLOS Biology pada Agustus 2011 mengungkap, sekitar 2,2 juta spesies, mulai zooplankton yang mikroskopik sampai makhluk seberat satu ton, hidup dan buang hajat di lautan.
Diantara banyak jenis hewan, paus merupakan spesies yang paling banyak menghasilkan "sampah".
Studi yang dirilis di Canadian Journal of Zoology mengungkap, Paus Sei yang bisa mencapai panjang 18 meter dan bobot 45 ton menghasilkan 627 liter urin sehari, setara 166 galon air minum.
Sementara, paus Fin sepanjang 26 meter dan berat 72.575 kilogram memproduksi 974 liter atau 257 galon urin per hari.
Jumlah feses maritim belum pernah diukur tetapi dengam gampang dijumpai di permukaan laut. Feses salah satu mamalia terbesar di Bumi ini punya warna khas dan bau yang menyengat.
Meski merupakan sampah metabolisme, urin dan feses paus berguna, menciptakan insan tetap bisa makan ikan.
Urin menyediakan nitrogen bagi lingkungan. Sementara feses selain menyediakan nitrogen juga menyuplai lautan dengan fosfor dan zat besi.
Fitoplankton, makhluk maritim kecil yang punya fungsi menyerupai pohon, memakai nutrisi dari kotoran paus untuk tumbuh.
Dengan nutrisi itu, fitoplankton bisa melaksanakan fotosintesis, menyediakan oksigen bagi makhluk maritim lainnya, serta bereproduksi.
Pertumbuhan fitoplankton berkat kotoran paus memungkinkan ekosistem maritim tetap seimbang.
Fitoplankton dimakan zooplankton. Zooplankton kemudian dimakan makhluk lain yang lebih besar. Demikian rantai masakan di lautan bekerja.
Joe Roman, mahir biologi dari Universitas Vermont, menyampaikan bahwa paus ialah "insinyur ekosistem".
Beberapa jenis paus memangsa makhluk yang hidup di maritim dalam dan membuang kotoran sisa pencernaan di permukaan lautan.
Paus menyampaikan keterhubungan antara makhluk maritim dalam dan permukaan yang tak akan mungkin bertemu.
Dewasa ini, paus ialah binatang yang banyak menghadapi ancaman. Ilmuwan memerkirakan, penurunan populasi paus akan menyebankan peristiwa alam bagi organisme yang menggantungkan hidupnya dari kotoran paus.
Jika dibiarkan, stok ikan sebagai sumber protein bagi insan terancam. Manusia mungkin akan sulit makan ikan.
"Riset menunjukkan, makin banyak paus, populasi populasi ikan juga akan meningkat. Ini sebab paus melepaskan nutrisi yang menyokong kehidupan ikan-ikan," kata Ramon menyerupai dikutip Livescience, 25 Juni 2016 lalu.
Sumber :
kompas.com
Diantara banyak jenis hewan, paus merupakan spesies yang paling banyak menghasilkan "sampah".
Studi yang dirilis di Canadian Journal of Zoology mengungkap, Paus Sei yang bisa mencapai panjang 18 meter dan bobot 45 ton menghasilkan 627 liter urin sehari, setara 166 galon air minum.
Sementara, paus Fin sepanjang 26 meter dan berat 72.575 kilogram memproduksi 974 liter atau 257 galon urin per hari.
Jumlah feses maritim belum pernah diukur tetapi dengam gampang dijumpai di permukaan laut. Feses salah satu mamalia terbesar di Bumi ini punya warna khas dan bau yang menyengat.
Meski merupakan sampah metabolisme, urin dan feses paus berguna, menciptakan insan tetap bisa makan ikan.
Urin menyediakan nitrogen bagi lingkungan. Sementara feses selain menyediakan nitrogen juga menyuplai lautan dengan fosfor dan zat besi.
Fitoplankton, makhluk maritim kecil yang punya fungsi menyerupai pohon, memakai nutrisi dari kotoran paus untuk tumbuh.
Dengan nutrisi itu, fitoplankton bisa melaksanakan fotosintesis, menyediakan oksigen bagi makhluk maritim lainnya, serta bereproduksi.
Pertumbuhan fitoplankton berkat kotoran paus memungkinkan ekosistem maritim tetap seimbang.
Fitoplankton dimakan zooplankton. Zooplankton kemudian dimakan makhluk lain yang lebih besar. Demikian rantai masakan di lautan bekerja.
Joe Roman, mahir biologi dari Universitas Vermont, menyampaikan bahwa paus ialah "insinyur ekosistem".
Beberapa jenis paus memangsa makhluk yang hidup di maritim dalam dan membuang kotoran sisa pencernaan di permukaan lautan.
Paus menyampaikan keterhubungan antara makhluk maritim dalam dan permukaan yang tak akan mungkin bertemu.
Dewasa ini, paus ialah binatang yang banyak menghadapi ancaman. Ilmuwan memerkirakan, penurunan populasi paus akan menyebankan peristiwa alam bagi organisme yang menggantungkan hidupnya dari kotoran paus.
Jika dibiarkan, stok ikan sebagai sumber protein bagi insan terancam. Manusia mungkin akan sulit makan ikan.
"Riset menunjukkan, makin banyak paus, populasi populasi ikan juga akan meningkat. Ini sebab paus melepaskan nutrisi yang menyokong kehidupan ikan-ikan," kata Ramon menyerupai dikutip Livescience, 25 Juni 2016 lalu.
Sumber :
kompas.com